Cinematography | Technical Aspects of Camera

Aspek Teknis Kamera:
  1. ISO
  2. Aperture
  3. Shutter Speed
  4. Frame rate
  5. White balance
  6. Scanning type
  7. Resolution
  8. Pixel aspect ratio
  9. Image aspect ratio
Video System

  • PAL/Phase Alternating Line (25 FPS, 720 x 576): Eropa, Asia (Indo), dll.
  • NTSC/National System Television Committee (30 FPS, 720 x 480): AS, Jepang, Myanmar, dll.

Sistem video di suatu negara ditentukan oleh pembangkit listrik di negara tersebut:

  • PAL = 50 Hz = 25 FPS.
  • NTSC = 60 Hz = 30 FPS.

(Sumber: discusgroup.co.uk)

Format film di bioskop seluruh dunia (bahasa universal): 24 FPS, 2K/4K.

*Format film 24 FPS bisa di pull up ke 25/30 FPS, tetapi harus convert audio dan video.

*24FPS 23,976 FPS.

Shutter Speed & Frame Rate

Shutter Speed: kecepatan membuka atau menutup rana pada kamera.

Focal Plane:

  • Leaf shutter.
  • Rotary/disc.

Electronic shutter:

  • Rolling: tidak cocok untuk fast motion/handheld/pan/tilt, karena ada resiko rolling shutter effect/jellocam.

(Sumber: red.com)

  • Global: menyeluruh -> datanya besar -> prosesor besar -> mahal.

(Sumber: premiumbeat.com)

Perforasi: Resolusi semakin tinggi jika perforasi/spokep juga tinggi (6 perf).

(Sumber: pcmag.com)

Frame rate: Banyaknya jumlah frame yang dibutuhkan untuk membuat 1 detik gambar bergerak (1 frame per second).

Normal Frame Rate/ Playback Frame Rate (time base):

  • 24 FPS.
  • 25 FPS.
  • 30 FPS.

Fast motion/slow motion: akan menentukan penyesuaian (lebih / kurang dari time base).

Suara Dalam Kondisi Normal = 24 FPS.

  • Lebih cepat (>24FPS): pitch naik.
  • Lebih lambat (<24FPS)pitch turun.

Frame rate tinggi = cahaya yang lebih banyak, karena:

Setiap frame rate naik 1 stop (kelipatan 2) = exposure akan turun/under sebanyak 1 stop.

(Sumber: csinema.com)

Aspek Teknis Kamera yang dipengaruhi oleh Shutter Speed:

  • Exposure: jumlah cahaya yang diterima sensor kamera => semakin kecil shutter speed, maka akan semakin underexposed.
  • Motion blur: blur yang dihasilkan dari pergerakan objek => semakin kecil shutter speed, maka motion blur akan semakin rendah.

Setting Normal:

  • Shutter speed 1/48 s atau 1/50 s.
  • Shutter angle 172,8 derajat atau 180 derajat.

Rumus Shutter Speed: ½ x frame rate.

Misalnya, kalau frame rate yang ditetapkan adalah 24 FPS, berarti shutter speed yang digunakan 1/48s.

 

1. Contoh Kasus A:

Frame rate (time base) suatu kamera berada pada 24 FPS dan dirubah menjadi 48 FPS, dengan shutter speed 1/48s. Maka, pengaruhnya terhadap aspek teknis kamera adalah:

  • Exposure (-1).
  • Motion blur (0).
  • Detail gambar (0).

 

2. Contoh Kasus B:

Frame rate (time base) suatu kamera berada pada 24 FPS dan dirubah menjadi 48 FPS, dengan shutter speed 1/96s. Maka, pengaruhnya terhadap aspek teknis kamera adalah:

  • Exposure (-2).
  • Motion blur (-1).
  • Detail gambar (+1).

Shutter Speed & Shutter Angle

Rumus Konversi:

Contoh:

Shutter angle (a) untuk shot slow motion 48 FPS dengan time base 24 FPS =

Shutter speed (s) untuk frame rate 24 FPS dan a 172,8 =

Flickering

Flicker: muncul karena merekam gambar bergerak.

Elektron dalam sebuah lampu bergerak bolak-balik karena dialiri listrik, sehingga lampu yang flicker artinya perangkat cahaya tersebut tidak sinkron dengan frekuensi listrik/mempunyai aliran listrik yang tidak stabil. Lampu neon/fluorescent adalah salah satu jenis lampu yang tidak direkomendasikan untuk film karena aliran listriknya tidak stabil. Untuk mengatasinya, terdapat lampu FF/flicker free, tetapi kalau gensetnya tidak bagus akan tetap terjadi flicker. Genset crystal adalah salah satu alternatif solusi karena genset tersebut memiliki output yang sesuai dengan spek (Misal: 50 Hz = 50 Hz).

(Sumber: shutterstock.com)

Rumus Flicker Free Shutter Speed

*tidak berlaku untuk slow motion.

Fitur Anti-Aliasing: fitur yang menciptakan ilusi seolah-olah kamera telah mengurangi masalah flicker dengan cara menambah blur.

ISO

ISO (international standard organizations) adalah tingkat sensitivitas film/sensor terhadap cahaya. Visual Continuity dapat diwujudkan dengan cara tidak mengubah ISO dalam 1 scene.

Istilah Lain ISO:

  • DIN  (Jerman): angkanya lebih kecil.
  • ASA = ISO = EI (exposure indeks).
  • EV (exposure value): bilangan kombinasi 3 hal.

(Sumber: kelasfotografi.wordpress.com)

Aspek Teknis Kamera yang dipengaruhi oleh ISO:

  • Exposure: semakin kecil ISO, maka semakin underexposed.
  • Grain/noise: semakin kecil ISO, maka semakin sedikit noise.

(Sumber: belfot.com)

Aperture

Aperture: berfungsi mengatur banyak sedikitnya cahaya yang masuk ke sensor dengan cara membesarkan/mengecilkan blade (bukaan kamera).

Open-wide: membuka diafragma sampai full/mentok (Contoh: 1,4).

Aspek Teknis Kamera yang dipengaruhi oleh aperture:

  • Exposure: jumlah cahaya yang diterima sensor kamera.
  • Depth of field: area di depan lensa di mana semua objek terlihat fokus.
*Setiap naik 1 stop, cahaya turun ½. Contoh: F4 = ½ dari F2,8. Jika ingin jadi F2,8, maka cahaya harus 2x nya F4 (64 FC) supaya sama seperti F2,8 (32FC). *FC = foot candles. Naik 1 stop (diafragma) = 2 x cahaya (double).

(Sumber: seandalton.com)

Besaran/Satuan Aperture pada Lensa (mempunyai nama yang berbeda, tetapi bilangannya tetap sama).

  • Lensa Sinema (T-Stop): jarak antar angka stabil.
  • Lensa foto (F-stop): jarak antar angka tidak stabil.

Kelebihan lensa sinema: sensor/volume yang lebih presisi, bukan kalkulasi dari lubang diafragma (Contoh: lensa sinema bisa memiliki satuan aperture di antara 1 dan 1,4, yaitu 1/3 atau 2/3)

(Sumber: eps-production.com)

Depth of Field (DOF)

Depth of field adalah ruang tajam, salah satunya berguna untuk suatu hal yang dalam konvensi bahasa film disebut focus pulling. Focus pulling menjadi pembeda antara sinematografi dengan fotografi. Dalam fotografi tidak ada istilah focus pulling karena fotografi tidak merekam gambar bergerak, sehingga tidak perlu merencanakan dan mengatur perubahan fokus lensa.

(Sumber: shop.usa.canon.com)

Comments

Popular posts from this blog

Thoughts on Film

Maternal Superego in Alfred Hitchcock's Psycho (1960)

Offline Editing | Codec and Shooting Ratio