Documentary Production | Production Stages

“Riset adalah proses mengumpulkan data melalui observasi mendalam, mengenai subjek, peristiwa, dan lokasi sesuai tema yang akan diketengahkan.” - Gerzon Ayawaila.


Film Dokumenter: konkrit, konseptual, teoritis, berdasarkan data empiris, dengan bahasa visual.

Tahapan Proses Produksi Dokumenter

  1. Development
  2. Pre Production
  3. Production
  4. Post Production
  5. Distribution
  6. Exhibition

Perbedaannya dengan film fiksi: tahapan tidak mutlak => pada saat development (pre-eliminary research) sudah boleh merekam atau mewawancara dan bisa digunakan di editing, termasuk boleh mengambil footage saat post-production jika dirasa ada materi yang kurang. “Syuting bisa dilakukan di tahap development, pre-production, production, maupun post-production.”

Konten Proposal Film Dokumenter

  • Logline: deskripsi yang menjelaskan subjek terhadap tujuan film, harus ada konflik dan goals/objektif dari karakter/subjek, contoh: jurnalis di Somalia ingin dibebaskan dari teroris, namun konfliknya yaitu tidak mendapat dukungan dari rekan-rekan jurnalis karena warga negara Amerika dan Jerman.
  • Sinopsis: cerita dari film secara keseluruhan yang sudah terlihat plot/alurnya.
  • Latar belakang: kenapa mengangkat tema tersebut (signifikansi/kegelisahan)?
  • Deskripsi film: fakta tentang film seperti judul, durasi, warna, perekaman, aspek ratio, subtitle, audio, kamera, teknis, format, materi promosi, dll.
  • Objective: informasi/pesan apa yang mau disampaikan?
  • Research: untuk menguatkan audio dan visual.
    • Subjek.
    • Tempat.
    • Lokasi.
    • Kontributor.
    • Konteks.
  • Narrative Storytelling: plot, character, narrative, dll.
  • Shooting Planning: budget & schedule.
  • Cast & Crew: nama, filmografi, showreel, jobdesk, info contact/email.
  • Teaser film.
  • Distribution strategy: platform untuk publikasi film (festival, OTT, bioskop, dll).

Tahapan Development

  • Mencari ide/tema.
  • Riset: sambil produksi (karena riset dapat berbentuk audio visual).
  • Mengembangkan naratif.

Tema => akan menentukan jenis/gaya film dokumenter:

  • Interview based research.
  • Observation based research.
Sumber
  • Narasumber/subjek penelitian.
  • Peristiwa dan aktivitas => contoh: film tentang G30SPKI.
  • Tempat/lokasi => contoh: film tentang suatu daerah.
  • Dokumen/arsip => harus bisa divisualisasikan.

Tujuan Film Dokumenter

  1. Eksploratif: mengkaji pengetahuan baru.
  2. Verifikatif: menguji pengetahuan yang sudah ada.
  3. Development: mengembangkan pengetahuan yang sudah ada.

Riset Dokumenter: Proses mengumpulkan data sesuai tema yang dipilih. Riset untuk film dokumenter berupa audio-visual, artinya ada bukti konkrit yang bisa divisualisasikan.

Tujuan Riset:

  • Eksploratif: Menemukan fakta.
  • Verifikatif: Menguji fakta.
  • Development: Mengembangkan fakta.

Syarat Riset:

  • Kaya informasi.
  • Kaya visual.

Riset harus bersifat:

  • Aktif.
  • Sistematis.
  • Faktual.

Contoh: menganimasikan hasil riset atau memasukkan potongan dari sumber.

Pre-Eliminary Research: menyusun data / gambaran dari pengembangan ide dalam bentuk visual (tetapi tetap mengedepankan orientasi kritis).

  • Validasi: pembuktian secara empiris berdasarkan fakta (bisa dipercaya).
  • Subjek/Sumber Validasi: orang yang dianggap ahli atau mengerti bidang tersebut.
  • Kontributor: orang-orang yang mendukung, di luar dari subjek utama.

Tujuan Pre-Eliminary Research:

  • Memperdalam tema dokumenter.
  • Mencari kontributor: ketika orang tahu tentang topik = bisa di interview.

Metode:

  • Interview: kualitatif, mendalam.
  • Observasi: kualitatif, apa adanya, harus lebih dari sekali supaya potensi kebohongan lebih kecil, membutuhkan durasi yang panjang, bisa mendapatkan kebenaran yang objektif.
    • Langsung
    • Tidak langsung
  • Kuesioner: kuantitaif, menganalisis lebih general, menggunakan data, untuk mengetahui apakah isu tersebut menjadi permasalahan di masyarakat atau tidak, masyarakat tau tentang topik tersebut atau tidak.
    • Subjek:
      • Fisik
      • Sosio
      • Psiko

Ketiga metode bisa dipakai berbarengan, bisa juga terpisah/pilih salah satu. Akan lebih baik Jika pendekatan kualitatif dan kuantitatif sama-sama dipakai.


(Sumber: verywellmind.com)

1. Metode Interview:

  • Informasikan apa yang mau dibahas 
  • Jelaskan kerangka wawancara:
    • Isu apa yang dibahas.
    • Apa yang terjadi di balik informasi tersebut.
  • Berusaha menggali lebih dalam tanpa membuat subjek merasa diintrogasi.
  • Jangan menggunakan bahasa yang puitis, teoritis, konseptual ataupun memiliki hidden agenda.
  • Buat suasana yang rileks, pahami pesan lawan bicara, dan berikan ruang berpendapat.
  • Lakukan pendekatan terhadap subjek.
  • Jangan terlalu mengarahkan.
  • Jangan memotong perkataan subjek.
  • Berikan jeda 3-5 detik setelah subjek selesai bicara (tail).
  • Gunakan multicam, 1 master shot dan 1 cover shot dengan resolusi yang sama.

2. Metode Observasi

Proses pengamatan dan ingatan yang secara sistematik atas subjek yang diselidiki kemudian ditafsirkan secara ilmiah.

Karakteristik:

  • Merupakan metode paling sulit dan jarang, tetapi paling valid, bisa dipercaya.
  • Biasanya terjun langsung, dilakukan day by day -> hari pertama, kedua, ketiga, dst.
  • Melepas atribut -> Menghilangkan rasa belas kasih, harus pura-pura bego, walaupun ada disana tidak boleh membantu, tidak boleh ada campur tangan filmmaker.

Jenis observasi:

  • Partisipasi: peneliti ikut terlibat langsung.
  • Tidak terstruktur: tanpa pedoman observasi, hanya meliput kejadian penting, contoh: hari pertama ikut, hari kedua tidak ikut, hari ketiga ikut, dst.
  • Kelompok: dilakukan oleh tim terhadap objek.
  • Tidak langsung: riset/pengambilan data dari objek penelitian tanpa kehadiran langsung peneliti, contoh: CCTV, youtube, medsos, dll.

Riset Konteks/Isu dan Subjek/Kontributor

Dokumentaris harus menjadi orang yang generalis: melihat situasi dari beberapa aspek/arah tanpa pengecualian, memahami konteks dari subjek penelitian, tidak boleh memihak (netral), dan menggunakan semua data tanpa pengecualian.

Internet merupakan revolusi penelitian yang dapat dimanfaatkan untuk menemukan subjek/objek penelitian dan kontributor. Semakin populer suatu informasi yang ada di internet, maka semakin perlu dilakukan verifikasi karena semakin tinggi potensi false information.

Jangan hanya menggunakan 1 sumber dan jangan hanya menggunakan internet. Gunakan sumber lain seperti literatur, rekaman, atau film. Hasil riset bisa menjadi konten dalam film dokumenter.

 

Tahapan Pasca Produksi

  • Backup file RAW: yang diedit adalah copy-nya.
  • Transcribing: mencatat isi wawancara.
  • Extra sources: still photos, archival footage, dll.
  • Digitalisasi dan logging gambar.
  • Music source.
  • Log: memasukan materi (footage) ke dalam project.
  • Transcripts: nentuin bagian mana yang akan digunakan dalam cerita dari unsur bagian yang membangun cerita (Final Draft Script).

(Sumber: docs.microsoft.com)

Aspek Offline Editing

  • Pacing.
  • Cutting.
  • Speed.
  • Audio.

Tahapan Offline Editing

  • Assembly cut: Memasukkan ke dalam software editing.
  • Rough cut: Menyusun RAW footage hasil shooting berdasarkan struktur cerita (script) dan bereksperimen dengan alternatif.
  • Fine cut

Elemen Editing:

  • Struktur: Terdapat pertentangan pada permasalahan yang disampaikan. Struktur cerita terdiri dari:

    • Beginning: perkenalan karakter.
    • Middle: permulaan konflik.
    • Closing: penutup/resolusi.
  • Klimaks: Klimaks adalah bagian dalam struktur cerita, di mana sutradara menempatkan point of view-nya, semacam resolusi bahwa “ternyata suatu hal bisa dilakukan” atau “ternyata suatu masalah bisa diselesaikan”.
  • Pace: Yang dimaksud dengan pace adalah kecepatan menutur cerita dan kecepatan (durasi) sebuah shot.
  • Ritme: Di dalam sebuah film documenter harus terdapat klimaks, berbeda dengan medium lain seperti jurnalistik yang tidak harus memiliki closing/conclusion/klimaks, hanya informasi saja.

Comments

Popular posts from this blog

Offline Editing | Editing Department

Maternal Superego in Alfred Hitchcock's Psycho (1960)

Offline Editing | Film Editing Dimension